Senin, 26 Juni 2017

Ibu, Pandai Dalam Berperan

Mudik, kembali bertemu ibu. Bagiku, bukan hanya untuk melepas rindu, namun juga kesempatan bisa belajar lebih banyak secara langsung. Kekagumanku pada beliau bukan karena dia yang telah melahirkanku. Tetapi lebih karena pengamatanku padanya terhadap pilihan sikapnya selama ini.

Pertama kali aku mengaguminya ketika dokter menyatakan ibu menderita hipertensi dan harus menjaga makanan yang dikonsumsinya. Dari beberapa orang yang kutahu, seperti saudara, teman orangtuaku, maupun orangtua temanku, banyak yang melanggar nasihat dokter dengan makan makanan pantangan. Namun tidak dengan ibuku, beliau konsisten menjaga asupan makanannya. Saat itu aku masih SMA. Hingga kini aku telah beranak dua.

Ketika bertambah dewasa, kuperhatikan kehidupan ibuku dengan lebih teliti. Dan aku menemukan hal-hal menarik yang menginspirasi. Saat bapak masih hidup, ibu selalu mendukung aktivitas suaminya, dengan caranya. Bapakku sangat aktif berorganisasi. Sebenarnya Ibu pun punya kesempatan yang sama. Namun Ibu memilih menjaga anak-anak di rumah. Juga dalam karir, Ibu selalu menempatkan diri agar bapak yang lebih tinggi dan cepat naiknya, meski sesungguhnya ia mampu.

Hal berbeda terjadi saat bapak meninggal. Peran orangtua beliau ambil alih semua. Dan ternyata terbukti bahwa ia mampu. Karirnya melejit karena tawaran yang dulu ia tolak demi memposisikan diri tak sejajar atau bahkan membuatnya lebih tinggi dari bapak kini ia terima dan berhasil dijalankan dengan baik.

Peran lain yang kukagumi saat aku telah menikah. Beliau sangat paham jika anak perempuannya kini milik menantunya, orang yang baru menjadi bagian keluarga. Selalu mengingatkan aku harus mendahulukan suami dan keluarganya, dibandingkan ibu. Selalu menghormati caraku dan suami mendidik anak-anak. Beliau tak menggurui meski telah lebih dulu berpengalaman. Terhadap anakku beliau tak memanjakan. Bahkan ikut mendukung apa yang telah aku dan suami tetapkan. Beliau percaya, kami telah menyiapkan yang terbaik bagi cucunya.

Dari caranya bersikap dan menjalankan perannya, aku diam-diam mempelajarinya. Dengan caranya, ia telah mengajarkanku bagaimana menempatkan diri, sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dan kelak sebagai mertua dan sebagai nenek.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeTigaPuluh

Sabtu, 24 Juni 2017

Menikmati Kesedihan

Hari Rabu kemarin sang kakak muntah-muntah usai pulangnya dari sholat isya di mushola. Ia tak melanjutkan berjamaah tarawih, pusing katanya. Saya memberinya obat maag, karena tidak ada makanan yang aneh saat buka puasa tadi.

Namun hingga esoknya belum juga sembuh. Badannya pun panas. Kebiasaannya jika demam, ia mengigau saat tidur. Saya menemaninya, memeluknya, memijit kepalanya yang sakit dan mengelus punggungnya yang pegal. Tiba-tiba saya merasa bersalah padanya, selama ini kurang waktu khusus untuknya. Sejak punya dua anak saya harus berbagi waktu dengan adiknya.

Biasanya hampir setiap kegiatan kami jalani bertiga atau bahkan berempat dengan ayahnya. Jarang saya berdua saja dengan si kakak. Tapi dengan sakit ini kami tidur berdua tanpa ada adiknya di tengah, bisa menyuapinya lagi, bisa bercerita hanya berdua saja. Bersyukur adiknya sudah mengerti jika kakak sedang sakit dan perlu perhatian dari saya.

Catatan buat saya agar bisa mengatur strategi hingga dapat meluangkan waktu khusus untuk masing-masing anak, berdua saja dengan kakak dan berdua saja dengan adik. Sehingga mereka merasa tercukupi kebutuhan kasih sayangnya.

Alhamdulillaah, Allah beri peringatan lewat sakitnya kali ini. Meski sedih karena ia sakit yang membuat jadwal mudik kami terlambat, namun ada pelajaran berharga yang bisa diambil. Ada kebahagiaan saat menikmati waktu berdua saja dengannya. Selalu ada hikmah dibalik suatu peristiwa. Belajar mensyukuri apapun keadaan pemberian-Nya...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhSembilan

Memaafkan Adalah Amalan Menuju Surga

"Mas, ini mobil mainanmu di sini ternyata" teriak si bungsu sambil menunjukkan mobil kakaknya yang ia temukan diantara tumpukan mainannya.
Tak ada raut kesal pada wajahnya. Padahal, sebelumnya sang kakak menyembunyikan boneka kecilnya hingga membuatnya sedih.

Saya, melihat kejadian itu jadi malu. Bahwa anak sekecil itu sudah bisa memaafkan kesalahan kakaknya yang jelas-jelas disengaja. Tanpa ada rasa dendam, bahkan membalasnya. Sedangkan saya, seringkali masih menyimpan rasa kesal, tak terima dan mengingat selalu kesalahan orang lain. Padahal kadang sudah saling memaafkan, secara lisan. Tapi ternyata hati sulit sekali memaafkan secara tulus.

Teringat tausiyah dari seorang ustadz bahwa di zaman Rasulullah ada sahabat yang sudah dijamin masuk surga hingga membuat sahabat lain penasaran terhadapnya. Setelah diikuti kesehariannya, tak ada kegiatan khusus yang dilakukan olehnya. Hingga seorang sahabat menanyakan apakah yang dilakukannya yang belum diketahui orang sampai Rasul mengatakan telah dijamin surga baginya. Ternyata setiap malam sebelum tidur ia selalu memaafkan orang lain.

Ma sya Allah, amalan memaafkan ternyata bisa menjadi jalan masuk surga. Terdengar sederhana ya, memaafkan, namun ternyata butuh keluasan hati dan keikhlasan tingkat tinggi untuk benar-benar melakukannya. Bukan hanya terucap di lisan, namun hingga hati ini sungguh telah ikhlas memaafkannya.
Bismillaah, belajar memaafkan demi mencapai surga-Nya...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhDelapan

Menulis Sebagai Terapi Jiwa

Sejak dulu saya suka menulis. Waktu kecil, setelah membaca cerita dari suatu majalah saya akan membuat cerita sendiri dan menuliskannya untuk teman. Saya masih ingat, saya membuat surat untuk teman sebangku semasa SD. Kebiasaan ini berlanjut hingga saya dewasa. Di sela-sela kesibukan bekerja, saya masih suka membuat cerita dan menunjukannya pada teman-teman dekat.

Ketika telah menikah dan punya bayi, awalnya kegiatan menulis sempat terhenti, karena repotnya. Hingga suatu saat saya sedang merasa kesal, saya manfaatkan untuk menggosok lantai kamar mandi dengan maksud hati menyalurkan tenaga marah untuk kegiatan positif. Namun sampai tangan pegal saya masih belum lega juga. Akhirnya saya tulis isi hati saya dalam berbagai bentuk, puisi, surat, hingga cerpen. Setelah itu rasanya lebih legaaa...

Saya baru tahu kalau yang saya lakukan itu bagian dari terapi jiwa ketika membaca kisah Pak Habibie setelah ditinggal Bu Ainun meninggal dunia. Kala itu Pak Habibie mengalami kesedihan mendalam hingga dokter menyarankan empat hal, yaitu dirawat di RSJ, berobat di rumah dengan pengawasan dokter yang datang, curhat kepada orang terpercaya, atau curhat pada diri sendiri. Dan beliau memilih yang keempat, yaitu curhat pada diri sendiri dengan menuliskannya hingga berhasil menjadi buku. Dengan menulis, Pak Habibie bisa sembuh dari sedih yang berkepanjangan. Dengan menulis, beliau bisa bangkit dan kembali berkarya positif.

Kisah Pak Habibie dengan tulisannya membuat saya menjadi rajin menulis kembali. Apa saja bisa jadi tulisan. Kisah sedih, bahagia, kesal, kecewa, senang bisa menghasilkan tulisan yang menenangkan jiwa saya. Saya belajar untuk bisa menulis dengan lebih baik agar bermanfaat bagi orang lain. Tapi setidaknya, dengan menulis membuat saya menjadi tenang, bisa menjaga kestabilan emosi saya. Mari menulis lagi....dan bahagia kan datang, in sya Allah..

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhTujuh

Jumat, 23 Juni 2017

Orangtua dan Teman Sebaya

Selepas maghrib saya ada perlu keluar rumah untuk membeli sesuatu. Melewati ruko yang ramai dengan anak remaja tanggung, saya pun memperhatikan sekilas. Ternyata sebuah rental play station (PS).

Pernah di suatu pagi saya menemukan rental PS itu sudah ramai dengan anak-anak. Yaah, memang tidak pagi sangat, tapi masih bisa dibilang pagi, saya saja baru pulang dari pasar.

Saya jadi berpikir, anak-anak itu sangat bahagiakah di rental PS? Hingga siang malam bahkan pagi mereka asyik memainkannya. Tidakkah punya kegiatan lain yang lebih seru? Begitu pula orangtuanya, tak merasa khawatirkah? Wallaahu 'alam.

Hal ini mengingatkan saya pada cerita Teh Kiki Barkiah dalam bukunya 5 Guru Kecilku, pentingnya orangtua menyiapkan pertemanan dan sosialisasi anak-anak nya. Kita sekarang hidup di akhir zaman, dengan tantangan yang luar biasa hebat untuk tetap bisa memilih menjadi manusia yang berperan dalam kemenangan Islam.

Aaah... saya jadi ingin memeluk anak-anak dan mengajaknya bermain sambil menyisipkan kisah-kisah teladan yang membuatnya semangat menjadi pribadi beriman dan cinta Rasul. Memang kita tidak bisa menutup mata dari riuhnya pergaulan di luar sana, namun saya ingin membekali anak-anak agar mempunyai kekebalan jiwa dalam memilih mana yang baik dan yang bermanfaat saja.

Besarnya amanah kita sebagai orangtua yang harus menunjukkan jalan lurus bagi anak-anak, termasuk memilih teman. Kadang anak yang beranjak baligh lebih suka bernain dengan temannya daripada orangtuanya. Di sinilah PR nya, bagaimana kita sebagai orangtua menjadikan teman terpercaya bagi anak-anak, hingga ketika mereka mempunyai teman pun akan menceritakannya pada kita. Dan orangtua hendaknya menjadi teman yang asyik bagi mereka selayaknya sahabat. Belajar terus menjadi orangtua...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhEnam

Selasa, 20 Juni 2017

Mudik yang Sesungguhnya

Lebaran tinggal menghitung hari yaa..Sebagian bahkan sudah mudik ke kampung halaman untuk berkumpul dengan sanak saudara. Untuk mudik, apalagi yang jaraknya lumayan jauh, tentu perlu banyak persiapan yang cukup.

Saat saya mempersiapkan sekedar buah tangan untuk dibawa mudik nanti, ternyata cukup repot juga. Belum perlengkapan untuk kami sekeluarga seperti baju, bekal makanan dan obat-obatan. Padahal menurut saya itu sudah dipilih yang penting-penting saja. Saat melakukan reka adegan untuk nanti dalam perjalanan, rasanya kami akan sulit membawa semua barang itu, ditambah menggendong dan menggandeng anak-anak.

Saya jadi teringat kata seorang ustadz, entah siapa dan di mana saya lupa, mengatakan bahwa sesungguhnya kita ini bukan penduduk bumi, kita adalah penduduk surga. Yang artinya suatu saat nanti kita akan pulang ke sana. Jika diibaratkan kondisi sekarang nanti kita akan mudik ke akhirat tujuan surga.

Lalu, jika mudik ke tempat di dunia saja penuh persiapan, bagaimana dengan mudik abadi nanti?Apakah yang telah saya persiapkan untuk menuju ke sana? Sudah cukup bekal kah? Sudahkah saya juga mencoba reka adegan dengan bekal yang akan saya bawa nanti? Ya Allah...ampuni saya...Tiba-tiba air mata menetes...

Masih ada beberapa hari Ramadhan untuk kita maksimalkan amal kebaikan. Juga hari-hari berikutnya tetap dengan amalan segiat Ramadhan. Yuk, perbanyak bekal untuk pulang ke kampung akhirat nanti. Pun perlu memilih bekal yang penting dan baguslah yang akan kita bawa. Jangan sampai kita kurang bekal atau salah membawa bekal. Semoga kita kembali berkumpul dengan keluarga dengan bahagia di surga-Nya, aamiin.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhLima

Siapkan Mental Bahagia Sebelum Mudik

Mudik merupakan kesempatan bertemu dengan sanak saudara dan teman-teman lama. Ada kebahagiaan tersendiri bisa melepas rindu dengan mereka. Namun ada kalanya karena jarang bertemu itu, memicu percakapan yang kebablasan.

Teringat dulu awal aku resign. Orangtua sih nggak masalah karena sudah tahu alasannya. Tapi malah saudara jauh yang berkomentar nggak enak di hati. Memang kadang orang yang tak mengenal kita dengan baik itu yang memberikan komentar sok tahunya.

"Jadi kamu udah nggak kerja lagi? Sayang banget dong"
"Kok betah sih di rumah aja seharian?"

Kalimat-kalimat begitu bisa merusak suasana lebaran yang syahdu.

Belajar dari pengalaman itu, kini tiap kali hendak mudik aku menyiapkan beberapa hal berikut :
1. Menguatkan diri beberapa waktu sebelum mudik. Termasuk minta dukungan suami tentang masalah ini. Agar kami saling mengingatkan dan menguatkan.
2. Menata hati bahwa yang kita lakukan adalah karena Allah dan itu keputusan terbaik yang kita pilih. Tak perlu penilaian orang tentang hal ini.
3. Anggap orang yang berkomentar sok tahu itu berarti peduli dengan kita, maka bersyukurlah.
4. Tak perlu baper dengan komentar mereka, kan orang yang sok tahu berarti sebenarnya malah nggak tahu :-p Jadi tak perlu terlalu memikirkannya.
5. Hadapi dengan senyum penuh keyakinan. Karena kalau kita mantab memberi jawaban, hati kita pun bahagia. Berharap orang lain akan merasakan aura bahagia kita.

Jika kita terlihat gembira dan menikmatinya, serta memberikan jawaban dengan mantab penuh senyuman, in sya Allah orang lain akan tertarik atau setidaknya menghargai pendapat kita. Namun ingat, jangan balas komentar miring mereka dengan hal serupa atau bahkan dengan nyinyiran kita.

Mudik dan lebaran adalah saatnya bahagia, maka selayaknya kita bagikan pula kebahagiaan pada semua. Saatnya mudik yang bahagia...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhEmpat

Minggu, 18 Juni 2017

Tips Mudik Bersama Anak Ala Bunda Arfa

Beberapa hari menjelang lebaran, hawa mudik sudah mulai terasa ya? Informasi pantauan lalu lintas pun mulai rame di beberapa timeline media sosial serta televisi.

Bagi keluarga yang membawa anak kecil, apalagi lebih dari satu balita, tentu mudik perjalanan jauh menjadi tantangan tersendiri.

Berdasarkan pengalaman kami mudik road show dari Jawa Barat - Jawa Tengah - Jawa Timur dengan duo balita, ada beberapa tips yang saya catat, diantaranya :

1. Komunikasikan tujuan perjalanan kita pada anak-anak beberapa hari sebelum keberangkatan. Beri gambaran berapa lama kita akan bepergian, berapa kira-kira lama perjalanan dan transportasi yang akan digunakan.
2. Jika anak sudah berusia 4 tahun ke atas, libatkan dalam persiapan perlengkapan mudik. Berikan kesempatan mereka memilih beberapa mainan yang akan dibawa.
3. Siapkan perlengkapan obat-obatan di tempat yang mudah diambil. Begitu juga dengan baju anak.
4. Selama perjalanan, simpan HP sementara waktu, namun letakkan di tempat yang mudah diraih. Saya malah lebih suka mematikan jaringan internetnya, selain hemat baterai, juga membuat tak terganggu dengan notif yang masuk. Jika memang penting, orang akan menghubungi kita dengan menelepon.
5. Dalam perjalanan, ajak anak-anak bersenang-senang. Bisa bernyanyi bersama, bermain tebak-tebakan atau cerita berbagai hal yang mengasyikkan.
6. Tanyakan pendapat anak tentang kondisinya, misal pusing, ingin ke toilet atau lelah, lapar, dan mengantuk. Pertimbangkan waktu istirahat akan lebih banyak karena adanya anak-anak.
7. Jadikan perjalanan mudik sebagai family time yang seru, meski dengan obrolan ringan seperti menghitung roda mobil yang terlihat di depan atau samping kita. Belajar tentang transportasi dan adab bepergian bisa dijadikan tema diskusi.

Itulah beberapa hal yang saya ingat agar anak tak rewel selama perjalanan mudik. Yang tak kalah penting, kita harus menjaga kesehatan dan kesabaran. Karena jika kita tenang dan bahagia, in sya Allah anak-anak lebih mudah untuk diajak bekerjasama.

Selamat mudik...semoga lancar dan selamat sampai tujuan, aamiin.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhTiga

Mudik Ke Mana?

Melihat iklan di TV suatu agen perjalanan dibintangi pasangan suami istri yang sedang berselisih tentang tujuan mudiknya, saya jadi tertarik untuk menuliskannya. Bukan tentang agen travel mana yang dipilih, tapi tentang perdebatan ke mana mudiknya.

Bagi pasangan suami istri perantau, tentu harus menentukan di mana mereka melewatkan hari raya, di tempat orangtua suami atau orangtua istri. Jika tidak diperoleh titik temu kesepakatan, kadang masalah ini bisa membuat tak nyaman, apalagi di hari-hari terakhir Ramadhan, nggak enak banget kan?

Di sinilah perlunya komunikasi dan saling mengerti antara suami, istri dan orangtua mereka. Kadang keputusan mereka dipengaruhi juga oleh pendapat orangtua. Misal pasangan suami istri sudah sepakat kali ini mereka akan berlebaran di orangtua istri. Ternyata orangtua suami mendengar rencana mereka dan kurang setuju. Mereka berharap lebaran semua bisa berkumpul di rumah orangtua sang suami. Maka galaulah pasangan suami istri ini...

Hendaknya masing-masing bisa memahami perasaan orang lain. Jika suami paham bahwa istrinya juga ingin berkumpul dengan orangtuanya, seperti halnya dirinya. Demikian pula dengan sang istri. Begitu pula dengan para orangtua, yang kadang lupa bahwa anaknya kini telah menikah dan mempunyai dua pasang orangtua. Tidak perlu merasa dikalahkan jika belum mendapat giliran. Ini bukan tentang perlombaan, ada yang menang dan kalah :-)

Setiap anak pun pasti ingin juga membahagiakan orangtuanya. Tapi kini memang waktunya harus berbagi. Tentu dengan berbagai pertimbangan yang berbeda untuk tiap keluarga. Namun kiranya bisa diputuskan dengan rasa cinta dan kebesaran hati untuk kebahagiaan bersama.

Jadi, mudik ke mana kali ini? Ke rumah orangtua maupun mertua sama saja, syukur bisa keduanya. Yang penting niatkan silaturahim dan bakti pada mereka. Selamat mudik yang bahagia....

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhDua

Jumat, 16 Juni 2017

Mendidik Anak Laki-laki Cinta Masjid

Hari ini saya mendapat buku baru, Mendidik Anak Laki-laki karya DR. Khalid Asy-Syantut. Saya mulai membacanya dan mencoba menuliskan untuk mengikat ilmunya.

Dalam buku itu disebutkan tentang peran masjid dalam pembinaan pemuda. Masjid tidak hanya digunakan untuk ibadah sholat saja namun juga sebagai tempat pendidikan kedua setelah keluarga. Lalu, bagaimana caranya membuat anak cinta masjid? Berikut jawabannya :

1. Anak adalah peniru ulung. Maka tugas orangtua adalah menjadi teladan bagi anaknya. Jika ayah atau saudara dewasa rajin pergi ke masjid, maka anak akan lebih mudah mengikutinya.
2. Menceritakan keutamaan masjid. Bisa dimulai dengan Ibu berkisah dengan lembut misalnya tentang kesucian masjid.
3. Para pengurus masjid sebaiknya menyambut anak-anak dengan ramah. Dalam buku ini dicontohkan pengurus masjid memberikan hadiah kecil bagi anak dalam menyambutnya.
4. Memerintahkan anak usia tujuh tahun ke atas agar sholat berjamaah di masjid.
5. Membiasakan anak memenuhi kebutuhan pendidikannya di masjid, misal belajar Al Quran. Atau bisa juga masjid menyediakan permainan seperti berlatih berkuda, memanah agar anak lebih tertarik.
6. Membentuk tim nasyid anak juga bisa dilakukan. Mengenalkan Allah dan Islam melalui syair yang indah pada anak-anak.

Dari uraian di atas selayaknya kita menciptakan masjid yang ramah anak agar mereka tak takut ke masjid, bahkan suka ke masjid dan menjadikan pemuda yang cinta masjid.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluhSatu

Kamis, 15 Juni 2017

Pentingnya Figur Ayah

Bismillaah, mencoba menuliskan hikmah tontonan tadi siang. Sebenarnya telah sering pula mendengar materi ini disampaikan oleh Ustadz Bendri dan ustadz yang lain tentang pentingnya peran ayah.

Tapi melihat tayangan tadi makin membuktikan bahwa sosok ayah itu sangatlah penting. Salah satu peserta Hafidz Indonesia adalah Enri, anak kecil kelas tiga SD yang berasal dari Ternate. Ia belajar membaca dan menghafal Al Quran secara autodidak. Ayahnya bahkan belum bisa membaca huruf hijaiyah.

Siang tadi Enri tampil dengan ayahnya membacakan Surat Al Lahab sampai An Naas. Meski sang ayah beberapa kali keliru dan lupa hafalannya, Enri dengan tenang mengingatkan dan membantu ayahnya memperbaiki Surat yang dibaca.

Ketika ditanya Abi Amir Faishol, apakah Enri bangga dengan ayahnya? Sambil menggandeng tangan ayahnya Enri menjawab bangga dan sangat sayang dengan ayah yang selalu menemaninya. Betapa kehadiran ayah sangat berharga bagi anaknya.

Pun ketika Irfan Hakim sebagai host menceritakan kisah pribadinya. Bahwa karena kesibukannya, ia jarang bersama dengan anak-anak nya. Suatu hari Irfan mengajak anak-anak nya sholat berjamaah, dan anak lelakinya yang masih kecil mengambil mukena. Irfan sedih melihat kejadian itu, anak lelakinya sampai menganggap sholat itu harus memakai mukena karena seringnya hanya melihat ibunya yang sholat. Karena jarangnya anak lelaki kecil itu melihat sosok ayahnya di rumah dengan segala kegiatannya sehari-hari. Sambil terisak Irfan bercerita akhirnya dia cuti dan mengajak anak lelakinya sholat di masjid.

Mungkin sederhana, tapi kisah di atas sangat berkesan bagiku. Terutama kini sebagai pengingat untukku dan suami terhadap anak-anak. Bahwa mereka tak hanya butuh makanan bergizi dan materi lain namun juga kehadiran dan figur kita sebagai teladan.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuapuluh

Rabu, 14 Juni 2017

Reuni

Libur lebaran kali ini aku mendapat undangan reuni SMP, setelah tergabung dalam grup WhatsApp. Namun sepertinya aku tak dapat menghadirinya, tak cukup waktu karena aku mudik ke tempat mertua juga.

Jadi teringat tahun lalu, saat mudik ke tempat suami. Ada banyak undangan reuni yang ia terima. Mulai teman SD, SMP, dan SMA. Belum yang kuliah juga, di tempat berbeda. Banyak juga ya, jadi serasa artis, hehe..

Saya bukan tidak setuju dengan banyaknya acara reuni itu, tapi bagaimana kita harus memprioritaskan tujuan mudiknya. Menurut saya, kami mudik untuk mengunjungi orangtua dan saudara yang karena jarak jarang bertemu. Jika hanya punya waktu cuti terbatas, lebih baik kita manfaatkan untuk bercengkerama dengan orangtua dan saudara-saudara.

Jangan sampai kita lupa karena senangnya ingin bertemu teman-teman lama hingga melupakan hak orangtua untuk kita temani dan bahagiakan. Hidup itu pilihan, kita harus bisa memilih yang lebih penting.

Mencatat untuk menjadi pengingat diri sendiri. Kita tidak mungkin menyenangkan semua orang. Namun jika kita menyenangkan orangtua, in sya Allah berpahala.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeSembilanbelas

Selasa, 13 Juni 2017

Kekuatan Istighfar

Aku pernah mendengar kisah dari Ustadz Kholid tentang Imam Ahmad. Beliau melakukan perjalanan hingga malam. Saat akan istirahat di masjid diusir oleh marbotnya. Sampai beliau diajak untuk menumpang pada sebuah rumah. Penghuninya seorang pembuat roti. Imam Ahmad memperhatikan aktivitas pembuat roti itu, dia hanya sesekali berbicara jika Sang Imam bertanya, selebihnya ia sibuk membuat roti sambil beristighfar.

Penasaran dengan dzikir tuan rumah, sang imam menanyakan manfaat apa yang diperoleh dengan dzikir itu. Pembuat roti menjawab bahwa ia telah lama mengamalkan hal itu. Hampir semua doanya terkabul, kecuali keinginannya bertemu imam Ahmad.

Sang Imam pun tersentak kaget sambil berkata bahwa dialah Imam Ahmad. Doa pembuat roti lah yang mengantarkannya datang ke rumahnya. Istighfarnya membuat doa-doanya terkabul.

Menuju sepertiga terakhir Ramadhan, aku mengingat kembali kisah itu untuk ikut mengamalkannya.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDelapanbelas

Senin, 12 Juni 2017

Ridho Orangtua Ridho Allah

Duluuu...sering mendengar istilah itu, ridho Allah tergantung ridho orangtua. Saat aku masih anak-anak kata-kata itu sangat kuperhatikan agar selalu taat pada orangtua. Tak terlalu kupikirkan, toh aku dan orangtua tak ada perbedaan pendapat yang membuatku harus "melawan" mereka.

Tapi ketika aku telah menjadi orangtua, lain lagi ceritanya. Jika menghadapi anak saat mereka terasa susah diarahkan, emosi sudah memuncak, kadang jadi hilang kesabaran. Pernah lisan ini mengucapkan label "susah dibilangi" pada anak sendiri, astaghfirullaah...

Padahal ternyata, menurut Bu Septi dalam sebuah tulisan yang kubaca beliau menunjukkan sebuah lingkaran :
Anak nakal - orangtua marah - Allah tak ridho - keluarga tak berkah -  tak bahagia - anak makin nakal.

Anak baik - orangtua ridho - Allah ridho - keluarga berkah - bahagia - anak makin baik.

Ma sya Allah...dan untuk membuat Allah ridho ini kuncinya pada orangtua. Kita harus ridho dan menerima anak. Maafkan kesalahannya, rangkul dan ajak bicara maka hal itu lebih baik. Keridhoan kita, orangtua nya akan membuat Allah ridho dan menciptakan keluarga yang berkah dan bahagia, in sya Allah anak akan menjadi baik.

Alhamdulillaah, bisa dapat pencerahan dari Bu Septi. Belajar terus menjadi orangtua...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeTujuhbelas

Buku yang Menginspirasiku

Membaca buku sudah menjadi kegemaranku sejak kecil. Tak ada buku khusus yang kubaca. Buku pelajaran, buku cerita dan majalah-majalah kusukai semua.

Setelah dewasa dan mempunyai anak, makin beragam buku yang kubaca, dari novel, materi parenting hingga panduan menulis.

Beberapa buku yang sangat kusukai, diantaranya adalah :

1. Hafalan Sholat Delisa (Tere Liye)
Novel tentang tsunami Aceh ini sangat kusukai. Meski berkali-kali membacanya tetap saja membuatku meneteskan air mata. Kisahnya membuatku tergambarkan peristiwa tsunami dan berhasil mengajakku seperti menyaksikan musibah itu.

2. Persembahan Cinta (Pipiet Senja, dkk)
Buku ini merupakan curahan cinta suami istri. Dari buku ini saya belajar tentang berbagai kisah rumah tangga para penulisnya. Melihat cerita dari sudut pandang laki-laki dan perempuan yang ternyata berbeda dan seru.

3. 101 Dosa Penulis Pemula (Isa Alamsyah)
Buku ini merupakan salah satu rujukanku belajar menulis cerpen. Buku karya suami Asma Nadia ini memberikan rambu-rambu menulis dengan benar untuk para pemula.

4. Jibaku Post Power Syndrome Full Time Mom (Hepi R dkk)
Buku antologi dari sembilan penulis ini menginspirasiku tentang perubahan rasa dan kegiatan karena perubahan profesi dari wanita yang sebelumnya bekerja di ranah public kemudian berganti menjadi ibu rumah tangga. 

5. Ilmu Memeluk Anak (Kisah Pengalaman Pengasuhan yang Terinspirasi dari Elly Risman)
Sejak mengenal bu Elly Risman lewat beberapa materi parenting yang disampaikannya, aku mulai tertarik mencari bukunya. Buku ini memberikan beberapa kisah orang tua yang tercerahkan setelah belajar dari Elly Risman.

6. 5 Guru Kecilku (Kiki Barkiah)
Buku ini enak dibaca. Kiki Barkiah, seorang ibu dari lima anaknya yang homeshooling menuturkan kisah-kisah pengasuhan anaknya dengan bahasa sehari-hari. Tak menggurui, namun sangat mengena di hati.

7. Bunda Sayang (Seri Ibu Profesional #1)
Buku dari teman-teman di Institut Ibu Profesional ini merupakan panduanku dalam menemani anak-anak bermain dan belajar. Selain berisi materi pengasuhan anak, buku ini juga dilengkapi kisah dari ibu-ibu keren yang berhasil mempraktikkan materi yang telah dipelajarinya.

8. Sakinah Bersamama (Asma Nadia)
Buku kumpulan cerpen ini dilengkapi dengan pembahasan mengenai kasus yang ada dalam kisahnya. Asma Nadia mengajak pembaca untuk belajar mengambil hikmah dari setiap kisahnya.

9. 28 Hafidz Cilik (Kisah Anak Kecil, Cacat yang Hafal Al Quran)
Buku ini berhasil membuat saya malu dan termotivasi untuk menghafal Quran. Menceritakan kisah anak-anak kecil dari berbagai negara yang berhasil hafal Quran meski diantaranya mempunyai keterbatasan.

Orang sering mengatakan buku merupakan jendela dunia, jembatan ilmu…semuanya memang benar. Dari buku-buku itu aku belajar banyak hal hingga memotivasiku ingin makin belajar lagi. Karena ternyata, semakin banyak membaca, semakin membuatku sadar bahwa aku masih butuh ilmu lebih banyak lagi…

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeEnambelas

Sabtu, 10 Juni 2017

Celoteh Anak

Menyimak pertanyaan anak-anak sungguh membuatku berpikir keras. Berbagai pertanyaan sederhana namun susah menjawabnya.

Pernah bungsuku (4yo) kami ajak ke makam ayahku. Kami ingin menunjukkan bahwa kakeknya telah meninggal. Karena selama ini ia menanyakan di mana ayahku. Ketika sampai di makam, ia menanyakan di mana kakek, setelah dijawab beliau dikubur di bawah tanah, ia sedih. Menurutnya kasian kakek sendirian di bawah tanah.

Belum selesai disitu, ia juga menanyakan mengapa bisa meninggal. Aku harus mencari jawaban sederhana namun bisa memuaskannya. Hal ini yang sulit.

Suatu saat ia menanyakan lokasi pada fotoku yang dilihatnya. Kujawab, di Hongkong, saat tugas kantor waktu itu. Ia protes kenapa tak mengajaknya serta. Aku menjelaskan bahwa saat itu dia belum lahir. Tiba-tiba ia teriak, "Berarti aku ikut, kan masih di dalam perut Ibu".

Mendengar celoteh-celotehnya yang lucu, kadang membuat kening berkerut, namun aku mensyukurinya. Itu menunjukkan bahwa ia kritis, rasa ingin tahunya tinggi dan ia berani mengungkapkannya. Dari celotehnya pula aku belajar banyak hal. Belajar bagaimana menjawabnya, belajar lebih dalam tentang tema yang ditanyakan, belajar mencari sumbernya. Dan semuanya itu membuat kami berusaha mendekatkan diri pada-Nya, alhamdulillaah...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeLimabelas

Oleh-oleh Kulwap IIP Batam

Puasa dan Kesehatan Anak

Pada hari Rabu kemarin saya sempat bergabung dengan Kulwap IIP Batam yang membahas tentang Puasa dan Kesehatan Anak dengan nara sumber Novita Pusparini.

Berikut beberapa hal yang saya catat :

Anak-anak belum diwajibkan berpuasa, namun kita perlu mengenalkan puasa dan mengajarkannya. Berkaitan dengan kebutuhan nutrisinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Saat Sahur
Berikan cukup serat, protein dan cairan. Jangan hanya mengejar banyak karbohidrat dari nasi saja, ingat juga kebutuhan protein untuk pertumbuhannya. Cairan juga harus cukup, selain dari air minum, cairan bisa diperoleh dari sayur berkuah maupun buah-buahan.

2. Saat Puasa
Selama berpuasa anak-anak tetap boleh beraktivitas, namun perlu diingatkan agar tidak mengganggu puasanya. Orangtua juga perlu mengawasi kondisi anak-anak selama berpuasa, misal terjadi tanda-tanda dehidrasi, segera ambil tindakan.

3. Saat Berbuka
Pada saat berbuka jangan minum air manis terlalu banyak. Selain bisa menyebabkan obesitas, mengantuk, air minum manis membuat rasa ingin minum terus sehingga bisa mengurangi asupan makanan. Juga tidak disarankan minum air dingin karena dapat mengganggu penyerapan makanan.

Pengenalan puasa ini bisa dilakukan secara bertahap. Bisa dimulai dengan puasa setengah hari atau sesuai kesiapan anak-anak dengan tetap memperhatikan kondisi masing-masing anak.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeEmpatbelas

Kamis, 08 Juni 2017

Kebaikan Anak

Hari Sabtu ini waktunya pembagian rapot anak-anak. Tak terasa mereka sudah besar, sudah sekolah. Teringat saat pertama kali mendaftarkan si sulung masuk SD. Ada interview orangtua oleh pihak sekolah tentang anaknya. Kini ia sudah kelas dua SD dan si bungsu TK.

Ada satu pertanyaan yang susah kujawab waktu itu. Apakah kelebihan anak Anda? Ya Allah, sungguh aku bingung menjawabnya waktu itu. Kelihatan banget aku belum mengenal betul anakku sendiri.

Tak lama setelah itu aku mulai mengikuti pelatihan parenting. Di situ aku belajar untuk lebih membersamai anak-anak, mengamati keseharian mereka dan bermain serta hadir untuk mereka.

Ternyata, setelah menemani mereka, kebaikan anak-anak sangat banyak, bahkan jika harus kutulis takkan selesai. Tak perlu muluk-muluk mencari kelebihan yang spektakuler. Bahkan beberapa hal kecil yang biasa mereka kerjakan pun bisa membuatku meleleh, diantaranya :

1. Makan dan minum dengan tangan kanan
2. Makan dan minum sambil duduk
3. Mengingatkan orang yang dikenalnya, jika mereka makan dan minum dengan tangan kiri
4. Mengingatkan orang yang dikenalnya untuk makan dan minum sambil duduk, jika dilihatnya ada yang makan dan minum sambil berdiri
5. Membuang sampah pada tempatnya
6. Mematikan lampu, kipas, jika tidak digunakan
7. Menyisihkan uang pemberian nenek dan saudara saat lebaran untuk berinfak
8. Membagi makanan dan minuman yang diperolehnya pada anggota keluarga yang lain tanpa diminta sebelumnya
9. Mengucapkan terima kasih setelah diberi atau menerima sesuatu atau bantuan
10. Membersihkan sisa makanan atau minuman yang tumpah tanpa disuruh

Aaahh..betapa anak usia tujuh dan empat tahun ini mengajarkanku banyak hal. Berbagai kebaikan-kebaikan sehari-hari, namun justru sering terabaikan. Maafkan Ibu ya Nak...sering melupakan kebaikanmu. Terima kasih telah sabar belajar bersama menjadi lebih baik...Menuliskan kisah ini sebagai pengingat bagiku untuk terus belajar dan membersamai anak-anak untuk tumbuh bersama menjadi lebih baik, in sya Allah.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeTigabelas

Rabu, 07 Juni 2017

Belajar dari Keberanian Anak

Menyaksikan acara Akhirussanah sekolah anak-anak membuat saya takjub. Betapa mereka telah berani tampil di depan banyak orang. Walau kadang ada sdikit kesalahan yang mereka lakukan, namun tetap tenang dan melanjutkan tugasnya. The show must go on.

Saya jadi berkaca pada diri sendiri? Beranikah saya kini, sebagai orang tua jika diminta tampil di panggung yang sama? Apalagi jika ada yang keliru, mampukah saya tetap melanjutkan penampilan dengan tenang? Dan bukan malu, lalu lari keluar panggung, atau bahkan tak mau tampil lagi?

Anak-anak mengajarkan pada saya untuk berani. Setidaknya untuk menyampaikan pendapat. Saya jadi ingat beberapa kali saya "dipaksa" tampil oleh anak saya di suatu acara yang kami datangi. Jika MC menawarkan siapa yang berani maju, untuk suatu pertanyaan, anak saya selalu meminta untuk ikut berpartisipasi. Padahal saya termasuk orang yang malu dan malas untuk tampil. Dengan menarik tangan saya, anak-anak mengajak untuk maju. Jika saya menolak mereka ribut bertanya kenapa saya tak mau. Saya terpaksa menuruti mereka, saat itu.

Tapi sejak saat itu saya belajar, bahwa kenapa harus takut, kenapa harus malu dengan jawaban kita sendiri. Apa yang saya takutkan? Salah? Padahal salah pun tak membuat kita mati. Justru dari salah itu kita jadi tahu bagaimana yang benar.

Alhamdulillaah anak-anak memaksa saya untuk berani. Hingga kini saya lebih punya semangat untuk berani salah. Seperti halnya dengan menulis. Berani berlatih dan siap menerima masukan untuk menjadi lebih baik.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDuabelas

Senin, 05 Juni 2017

Sepertiga Pertama Ramadhan

Sepuluh hari telah berlalu
Bagaimana puasaku
Berapa amalanku

Biasanya awal itu penuh semangat
Biarpun hujan tarawih tetap berangkat
Sahur pun bangun meski mata berat

Memasuki hari kesebelas
Mari kita kerja keras
Agar amalan tak bablas

Perbaiki kembali niat
Ramadhan untuk naikkan derajat
Mari lomba berbuat manfaat
Karena itulah sebaik baik umat

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeSebelas

Kisah Puasa Si Sulung

Si sulung bulan Juli nanti genap delapan tahun. Sudah beberapa hal tentang kemandirian kami sampaikan. Bahwa dia makin besar, akan ada banyak hal baru dan seru yang dipelajari.

Menjelang Ramadhan kami sudah mengulang kembali tentang puasa, tarawih, sahur dan kegiatan selama puasa. Tapi kami tak menargetkan agar dia puasa penuh. Tahun kemarin dia puasa setengah hari. Biarlah dia menikmati prosesnya, pikir kami dia mampu sampai Ashar.

Sehari sebelum awal Ramadhan kami masih dalam perjalanan. Tapi tak disangka, dia tetap antusias menyambut Ramadhan. Di hotel kami membahas tata cara sholat tarawih dan mempersiapkan untuk bangun sahur. Alhamdulillaah, tarawih dan sahur lancar.

Hari pertama puasa kami silaturahmi di kampung halaman saya. Siangnya lanjut perjalanan pulang ke Bekasi. Ma sya Allah ternyata Si Sulung bisa puasa sampai Maghrib.

Hari-hari selanjutnya masih bisa bertahan. Bangun sahur pun yang tahun kemarin masih susah sekarang lebih mudah. Hingga hari kesepuluh kemarin Si Sulung masih penuh semangat.

Saya dan suami mengingat masa kecil kami dahulu. Di usia yang sama dengan Si Sulung kini, saya dulu belum bisa puasa penuh. Ternyata begitu juga dengan suami.

Alhamdulillaah, Ramadhan kali ini memberikan cerita istimewa bagi kami. Kami menemani Si Sulung belajar puasa. Kami siapkan berbagai permainan dan kegiatan untuk mengisi waktu selama puasa. Semoga kami istiqomah...

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeSepuluh

Minggu, 04 Juni 2017

Jodoh dan Kepasrahan

Beberapa hari lalu saya dan suami duduk berdua. Kami mengenang pertemuan pertama dulu. Saat mengenalnya bahkan saya belum pernah melihat wajahnya. Saya hanya mengenalnya lewat media sosial.

Saya, yang tengah berduka atas meninggalnya bapak kala itu, bersedia menerima lamarannya yang diajukan tiga bulan setelah perkenalan. Sebulan kemudian kami menikah. Ahamdulillaah semuanya dimudahkan dan lancar.

Namun peristiwa yang terjadi sebelumnya sungguh tak kan saya lupakan. Saya pernah begitu yakin akan menikah dengan seseorang (bukan orang yang kini menjadi suami saya). Saya selalu berdoa agar Allah menjodohkan kami. Saya sampai berkali-kali menolak orang lain yang mengajak menikah karena saya berharap menikah dengannya. Padahal ada beberapa hambatan juga pada hubungan kami. Mungkin itulah yang dinamakan cinta buta.

Saya seperti ditegur Allah saat bapak meninggal. Beliau yang sangat menyayangi saya pun tak bisa ditahan jika Allah memanggilnya. Saya tertegun. Tak kurang usaha yang kami lakukan untuk mengobati bapak, tapi Allah berkehendak lain. Jadi saya ini bisa apa?

Sejak saat itu saya belajar agar tidak memaksakan kehendak saya pada doa yang dipanjatkan. Tetap Allah lah sebaik pembuat keputusan. Saya tak lagi merengek minta dia seorang yang menjadi jodoh saya, tapi saya meminta jodoh yang terbaik bagi saya. Dan itu lebih melegakan.

Alhamdulillaah, jodoh itu datang dengan cara-Nya. Seseorang berhati lembut yang kini telah menjadi imam saya selama hampir sembilan tahun. Jodoh pilihan Allah, yang terbaik bagi saya.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeSembilan

Sabtu, 03 Juni 2017

Mengingat Kematian

Tetiba ingat bapak. Tak terasa telah sembilan tahun beliau pergi menghadap-Nya. Banyak kenangan semasa masih hidup maupun saat menjelang waktu berpulangnya. Semua masih tersimpan rapi di benakku.

Meski sedih, kini bukan lagi waktunya untuk menangis. Lebih baik mendoakannya. Akan lebih utama jika aku, sebagai anaknya terus memperbaiki diri agar menjadi anak sholihah, yang bisa mengalirkan pahalanya untuk bapak tercinta.

Berbicara tentang kematian, aku membaca dari buku Al Ghazali bahwa Rasulullah pernah menyampaikan "Orang yang paling banyak mengingat maut dan paling keras dalam mempersiapkan kepadanya. Mereka itulah orang-orang yang cerdas. Mereka pergi dengan penuh kehormatan di dunia dan kemuliaan di akhiratnya".

Ketika kita mengingat mati maka kita jadi melakukan persiapan untuk menghadapinya. Hati akan terasa lebih lembut. Dunia ini akan terasa bukan tujuan, dan memang akhirat lah tempat kita kelak.

Semoga kita menjadi orang cerdas, yang selalu mengingat mati dan mempersiapkannya.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeDelapan

Jumat, 02 Juni 2017

Berbagi Resep

Hari ini anakku yang kecil demam. Kuperhatikan nggak pilek, nggak batuk seperti biasanya. Dia mengeluhkan pipi bagian dalamnya sakit, kanan dan kiri. Sempat khawatir kena gondongan, tapi kok kanan dan kiri sekaligus?

Simpulan sementara adalah karena giginya mau tumbuh. Semoga saja benar dan nggak ada hal yang serius. Nah, karena dia lagi demam, aku membuat menu yang berkuah. Setelah browsing sana sini, nemu juga resep yang pas dengan stok yang ada di kulkas....Soto ayam.

Entah ini soto khas daerah mana, yang jelas soto ayam kuning tanpa santan. Aku gabung saja resep yang kubaca, ada yang pakai ketumbar ada yang pakai kemiri. Aku pakai semuanya.

Inilah resep soto ayam kuah kuning tanpa santan ala Bunda Arfa :-)

Bahan :
- ayam setengah kept
- tomat
- bihun
Bumbu :
- bawang merah
- bawang putih
- kemiri
- ketumbar
- merica
- kunyit
- jahe
Semua bumbu di atas dihaluskan
- daun salam
- daun jeruk
- lengkuas
- sereh
- gula dan garam

Cara membuat:
1. Rebus ayam. Setelah matang suwir-suwir dagingnya
2. Rebus bihun, lalu tiriskan.
3. Tumis bumbu halus, masukkan bumbu pelengkap, dtunggu hingga harum.
4. Lalu masukkan ayam suwir, tambahkan air, gula garam dan tes rasa.
5. Sajikan dalam mangkok, tata bihun, tomat diiris lalu siram dengan soto.

Alhamdulillaah, si kecil yang demam mau makan menu berkuah ini. Si kakak yang sudah puasa penuh pun berbuka nikmat dengan soto. Meski ibunya nggak pintar masak, tapi lihat anak makan lahap cukuplah menjadi penyemangat untuk rajin memasak :-)

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeTujuh

Kamis, 01 Juni 2017

Puasa Itu...

Bismillaah, belajar mengikat ilmu dengan menuliskannya.

Pekan kemarin sewaktu di hotel saya melihat tayangan dari sebuah TV, kajian Islam tentang puasa. Karena sambil beres-beres dan mengurus anak-anak saya kurang memperhatikan TV apa dan siapa yang berbicara. Namun yang sempat terdengar dan membuat saya tersindir adalah ketika sang ustad menyampaikan hikmah puasa adalah agar kita bisa merasakan penderitaan kaum dhuafa. Bagaimana mereka menahan lapar karena tak punya makanan. Jika dalam puasa kita malah banyak pengeluaran tambahan, misal, biasanya kita nggak jajan kolak, pas puasa malah ada kolak, ada manisan, itu berarti banyak biaya tambahan.

Saya manggut-manggut mendengarnya. Benar juga ya...Hal itu saya catat dan saya coba praktekkan. Siapkan makanan untuk berbuka dan sahur secukupnya. Tak perlu berlebihan, mentang-mentang puasa jadi ingin dibeli semua. Padahal akhirnya nggak habis dan mubazir.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeEnam