Selasa, 08 Agustus 2017

Ibu, Bukan Super Woman

Menjadi ibu itu anugrah. Itu yang saya rasakan. Saya bisa belajar banyak hal setelah menjadi Ibu. Dulu saya nggak pernah masuk dapur. Sekarang, lumayan lah sudah tahu beberapa nama bumbu dan mencoba beberapa resep. Meski belum bisa dibilang enak, tapi cukup lah ketika suami dan anak-anak suka.

Seiring berjalannya waktu, ternyata pekerjaan Ibu seakan tak ada habisnya. Sejak membuka mata di pagi hari hingga tidur malam segala tugasnya masih belum semuanya selesai. Sepertinya waktu 24 jam sehari semalam dirasa kurang.

Antara anugrah dan tantangan. Di satu sisi saya ingin mempelajari dan mengerjakan banyak hal baru. Namun di sisi lain seakan waktu tak cukup mengijinkannya.

Dulu, saya belum bisa mengendarai sepeda. Anak-anak pergi dan pulang sekolah menggunakan jasa jemputan dari sekolah. Saya di rumah belajar memasak dan membuat kue untuk menyambut kedatangan mereka. Kami menikmatinya saat itu.

Kini, ketika saya telah bisa mengendarai sepeda, anak-anak minta saya yang mengantar jemput mereka. Demi mempertimbangkan waktu kebersamaan ibu-anak dan menyiasati waktu untuk lebih dekat dengan mereka, saya pun menyetujuinya. Tampaknya keputusan biasa. Tapi ternyata hal ini cukup banyak menyita waktu saya juga. Sekarang saya hanya sempat memasak dan membuat cemilan yang mudah dan cepat.

Hidup ini pilihan. Tangan saya hanya dua, kaki juga dua. Dengan tenaga yang terbatas juga, saya tak bisa memaksakan diri agar semua pekerjaan bisa saya selesaikan semua. Tak mengapa jika saya melepaskan satu hal demi mendapatkan hal lain yang lebih bermakna. Saya seorang Ibu, bukan super woman.

#MenulisUntukBelajar
#BelajarUntukMenulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar