Minggu, 04 Juni 2017

Jodoh dan Kepasrahan

Beberapa hari lalu saya dan suami duduk berdua. Kami mengenang pertemuan pertama dulu. Saat mengenalnya bahkan saya belum pernah melihat wajahnya. Saya hanya mengenalnya lewat media sosial.

Saya, yang tengah berduka atas meninggalnya bapak kala itu, bersedia menerima lamarannya yang diajukan tiga bulan setelah perkenalan. Sebulan kemudian kami menikah. Ahamdulillaah semuanya dimudahkan dan lancar.

Namun peristiwa yang terjadi sebelumnya sungguh tak kan saya lupakan. Saya pernah begitu yakin akan menikah dengan seseorang (bukan orang yang kini menjadi suami saya). Saya selalu berdoa agar Allah menjodohkan kami. Saya sampai berkali-kali menolak orang lain yang mengajak menikah karena saya berharap menikah dengannya. Padahal ada beberapa hambatan juga pada hubungan kami. Mungkin itulah yang dinamakan cinta buta.

Saya seperti ditegur Allah saat bapak meninggal. Beliau yang sangat menyayangi saya pun tak bisa ditahan jika Allah memanggilnya. Saya tertegun. Tak kurang usaha yang kami lakukan untuk mengobati bapak, tapi Allah berkehendak lain. Jadi saya ini bisa apa?

Sejak saat itu saya belajar agar tidak memaksakan kehendak saya pada doa yang dipanjatkan. Tetap Allah lah sebaik pembuat keputusan. Saya tak lagi merengek minta dia seorang yang menjadi jodoh saya, tapi saya meminta jodoh yang terbaik bagi saya. Dan itu lebih melegakan.

Alhamdulillaah, jodoh itu datang dengan cara-Nya. Seseorang berhati lembut yang kini telah menjadi imam saya selama hampir sembilan tahun. Jodoh pilihan Allah, yang terbaik bagi saya.

#RamadhanInspiratif
#Challenge
#Aksara
#HariKeSembilan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar