Melangkahlah, Pasti Ada Jalan
Dalam hidup, aku bersyukur Allah selalu memberiku peringatan agar tetap berjalan on track. Jika hidup dalam kondisi lancar aku tidak terlalu memperhatikan berbagai hikmah-Nya. Namun jika dalam keadaan jatuh datangnya petunjuk akan sangat membantuku bangkit.
Pada awal kuliah dulu, aku tidak sungguh-sungguh menjalaninya. Aku diterima pada jurusan Keselamatan Kerja, merupakan pilihan keduaku dalam UMPTN. Padahal hatiku sangat ingin diterima pada jurusan Farmasi sebagai pilihan pertama. Akibatnya, aku menjalani kuliah dengan setengah hati. Antara ingin keluar dan mengulang UMPTN tahun depan, namun di sisi lain ingin membuktikan juga bahwa aku mampu mengikuti kuliah meski tak menyukainya.
Semester satu aku masih bisa mengikuti mata kuliah dasar. Beberapa diantaranya mirip dengan mata pelajaran SMA. Namun semester dua, ketika materi kuliah mulai lebih menjurus aku mulai ketinggalan. Sering mengulang untuk materi praktikum dan remidi beberapa mata kuliah. Puncaknya, nilai D mewarnai daftar IPku pada semester dua. Sungguh mengecewakan. Aku merasa gagal.
Kuceritakan masalahku pada orangtua. Mereka memberiku saran agar tetap kuliah pada jurusan yang sekarang. Sayang juga biaya yang sudah dikeluarkan selama setahun. Pun belum tentu aku bisa lolos UMPTN lagi.
Aku kembali ke kampus dengan hati kacau. Saat mengurus pengajuan SKS semester tiga tak sengaja aku membaca mading yang terpampang di depan loket daftar ulang. Aku lupa kisah apa yang tertera di situ, hanya ada kutipan yang menarik perhatianku.
“Karena sesunggguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS Al Insyiroh : 5-6)
Allah selalu punya cara untuk menyadarkan hamba- Nya. Kurenungi kutipan ayat suci itu berhari-hari. Satu kalimat penyemangat yang diulang dua kali dalam satu surat. Aku mencoba berpikir positif, mungkin sekarang waktunya bangkit dan menata kembali kuliahku. Pasti ada jalan keluar untuk setiap masalah.
Kujalani tahun-tahun berikutnya dengan lebih semangat. Ternyata aku bisa juga mengikuti perkuliahan dengan lancar. Nilaiku cukup memuaskan, hampir semua A dan B. Aku pun lulus dengan IPK mendekati angka tiga. Terbayar kegagalan tahun pertama.
Hari berganti dan aku telah menyelesaikan kuliah. Dalam setiap langkah aku masih mengingat kutipan favorit. Jika bertemu masalah, kuyakinkan diri sendiri bahwa pasti ada kemudahan untuk bisa menghadapinya. Aku bersemangat dalam mencari pekerjaan hingga aku diterima di sebuah perusahaan swasta sebagai Koordinator Keselamatan Kerja.
Satu hal yang membuatku hampir menyerah adalah urusan jodoh. Di usiaku menjelang 30 aku masih melajang. Beberapa kali berteman dekat namun belum sampai ke pelaminan. Kuhabiskan waktu luangku untuk membaca. Saat hari libur aku main ke toko buku, di sana aku menemukan kalimat dari Asma Nadia “Selalu ada kemudahan, sekalipun saat dikelilingi kesulitan. Allah tidak memberimu jalan buntu”. Aku kembali disadarkan bahwa ada banyak jalan.
Aku kembali meneguhkan tekadku. Segala cara aku coba menjemput jodohku. Kubuka semua peluang. Minta dikenalkan teman, guru ngaji, menjadi anggota biro jodoh suatu komunitas hingga berkenalan lewat media online. Aku yakin, diantara sekian banyak usaha pasti akan ada yang membuahkan hasil. Dan benar, Allah mempertemukanku dengan lelaki yang kini menjadi suamiku.
Hingga kini, dua kutipan di atas masih aku cetak tebal dalam kamus hidupku. Teruslah melangkah dan berusaha, pasti ada jalan !
#30DayWritingChallenge
#Day2KutipanYangBerkesan
#BelajarMenulis
#Day4
#Odopfor99days
Tidak ada komentar:
Posting Komentar