Selasa, 16 Mei 2017

Congklak

Sudah lama ingin mengenalkan permainan tradisional pada anak-anak. Beberapa waktu lalu pernah mengajak mereka ke festival permainan tradisional di Depok. Mereka sempat tahu dan menikmati gobak sodor. Karena keterbatasan waktu kala itu, tak banyak yang bisa dimainkan.

Saat ada festival dongeng di musium nasional, mereka sempat melihat dan memainkan dakon sebentar. Tapi mereka lebih suka memainkan alat musik yang ada di situ.

Kemarin saat perjalanan pulang menjemput si bungsu dari sekolah, kami bertemu tukang mainan di jalan. Bapak yang sudah sepuh itu mendorong gerobaknya. Dengan niat sedikit membantunya, saya mengajak anak-anak untuk membeli mainan padanya. Tiba-tiba saya ingat dakon.
"Ada dakon, Pak?" tanya saya.
Si Bapak tampak bingung dan menjawab, "Nggak ada Neng, paling ada begini" sambil membuka dagangannya. Dan ternyata saya menemukannya.
"Itu yang di bawah apa, Pak?" saya menunjuk ke bungkusan berwarna hijau.
"Ooohh..itu mah congklak" jawab si Bapak.
Aha! Saya baru ingat, nama lain dari dakon adalah congklak.

Alhamdulillaah, anak-anak suka. Sampai rumah langsung dibuka. Si bungsu yang masih TK belajar menghitung manik-maniknya. Si sulung dengan gaya leadership nya mengatur berapa banyak manik-manik yang akan dibagi-bagi tiap lubangnya.

Masih ada keinginan saya mengenalkan permainan zaman saya kecil dulu, bola bekel, bongkar pasang aneka baju dengan kertas, yoyo, lompat tali, sudamanda, apa lagi yaa...Ini sebenarnya mau mengenalkan permainan tradisional pada anak-anak, atau ibunya yang belum puas main zaman kecilnya :-p :-)
Yang penting anak riang dan Ibu senang :-)

#BelajarMenulis
#Day2
#Odopfor99days

Tidak ada komentar:

Posting Komentar